Al ilmu nuurun. Ilmu, cahaya yang menerangi kita semua. Akan terang pabila setiap hal kita perlakukan sebagai ilmu. Namun menjadi gelap apabila nafsu bersuara.Sesungguhnya hakikat dari peristiwa jahat dan bejat adalah "kalah melawan diri sendiri."
Sebab, nafsu tak selamanya bisa dikekang.
Nafsu rajin menyerang.
Siapa pun bisa dijajah nafsu, termasuk aku, kamu, mereka.
Betapa ruh terpenjara, jiwa-raga dikuasai nafsu. Nafsu birahi, nafsu ketamakan, nafsu kebaikan, dan nafsu angkara murka.
Tanpa
sadar, dalam kebaikan yang kita lakukan, ternyata telah disusupi nafsu.
Muncul rasa berjasa, menuntut balasan terima kasih, dan merasa paling
benar. Nafsu bekerja menguasai kepala, menjajah akal. Yang kita anggap
baik, ternyata keburukan. Baik buruk akan gelap tanpa cahaya, tuk dapat
mebedakan, kita butuh "ILMU."

Orang
bodoh itu berbahaya. Namun lebih berbahaya lagi pabila orang bodoh itu
tak sadar bahwa dirinya bodoh, dan hanya orang - orang bodoh yang
membalas perbuatan bodoh dengan kebodohan. Membalas perbuatan buruk
dengan keburukan pula.
Jika
agama adalah kebenaran, yuk berhenti saling menyalahkan. Agama
seharusnya tersenyum, bukan manyun. Ramah, bukan marah. Jika ada manusia
yang melanggar ajaran agama, bukan sesama manusia hakimnya, bukan aku,
kamu, atau mereka.
Janganlah
kita berlagak sebagai tuhan di semesta-Nya. Tuhan saja menyelenggarakan
Pengadilan masih kelak. Dia, yang ampunanNya mendahului murkaNya.
Jangan sampai dengan alasan membela agama, justru melecehkan serta
menistakan agama. Membela kemanusiaa, tapi nyatanya menghapuskan
kemanusiaan itu sendiri.
Nafsu telah menggelayut dan menjadi parasit yang sudah membuat aku, kamu, mereka... Nusantara kita... tercekik pilu.
Berbagai
kasus kemanusiaan berlabel agama terus menyeruak beberapa tahun ini.
BOM, KEBAKARAN, PENGUSIRAN, RELOKASI dengan motif "Mereka Salah! Mereka
Sesat! Mereka Berbahaya! HARTA DAN DARAH MEREKA HALAL DITUMPAHKAN!
Mengapa itu bisa terjadi? lagi-lagi karena kurangnya cahaya... gelap... Tertutupi nafsu angkara murka.
Ayo
kawan, kita jalankan agama sesuai fungsinya. Saling mengingatkan, bukan
saling berbantahan. Buat apa memperebutkan Surga? toh diantara kita
belum ada yang berkunjung kesana. Apakah engkau meragukan kehebatan
Tuhan dengan menganggap surga sesempit daun kelor?
Bukankah
kita diperintahkan berlomba-lomba dalam kebaikan? Fastabiqu 'l-khairat.
Baiklah jika engkau tak mengakui Pancasila dan NKRI. Maka kusarankan
bukalah kitab sucimu yang murni berisi Firman Tuhan yang engkau bela
(walau sesungguhnya Tuhan tak perlu pembela).

Bacalah
QS. Al-Maidah:32, "Barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan
karena orang itu (membunuh) orang lain atau bukan karena membuat
kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia
seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara kehidupan manusia, maka
seolah-olah dia telah memelihara kehidupan seluruh manusia.
Bacalah AlKitab. Keluaran 20:13, “Jangan membunuh."
Setiap
dari kita akan menghadapi sebuah "penghakiman" oleh Yang Maha Adil.
Maka sebelum itu, jadikan kitab suci sebagai penerang dalam perjalanan
kita. Pelajarilah dalam kerendahan hati demi mendekatkan diri pada
Sumber Kedamaian. Tentu nasehat ini, untukku, untukmu, untuk mereka.
Kawan... BOM, KEBAKARAN, PENGUSIRAN, RELOKASI, tak
akan lagi terjadi pabila kita, mampu melawan diri kita sendiri, mampu
mengekang nafsu dan tidak menjadi bagian dari sebuah KEDZALIMAN.
Sebuah
Kedzaliman telah nyata dihadapan kita. Kita menjadi bagian dari proses
itu apabila kita diam, berpangku tangan melihat negeri kita dikacaukan
oleh NAFSU SEKTARIAN.
Ayo
kawan... Mari bersama-sama menjaga negeri dari rongrongan nafsu yang
melibatkan perbedaan agama, mazhab, adat, suku, maupun organisasi.
Untuk tidak menjadi bagian dari Kedzaliman tersebut, NYATAKAN SIKAPMU.

Komentar
Posting Komentar