Hati oh Hati...

Namun sebagian kita belum bisa membedakan dari mana datangnya suara halus itu? Ketahuilah, suara halus atau bisikan hati kita ada dua macam dan datang dari dua komunitas makhluk:
Kuminitas setan dan komunitas malaikat.

Bagaimana cara membedakan suara halus atau bisikan itu? Jika bisikan itu menimbulkan was-was atau keraguan, mengajak pada kehinaan dan kemaksiatan, maka itu bisikan setan. Jika suara halus itu keyakinan pada kebenaran dan mengajak pada kebaikan, maka itu suara halus malaikat dan dinamakan ilham.

Hal tersebut dijelaskan hadis Rasulullah SAW di bagian akhir tulisan ini. Perlu kita ketahui bahwa suara halus di dalam hati kita bagaikan:
1. Sararan anak panah yang dilepaskan dari berbagai arah.
2. Taman yang dialirikan air dari berbagai saluran.
3. Rumah yang memiliki beberapa pintu dapat dimasuki bermacam-macam karakter manusia.
4. Atau cermin yang bercermin pada bermacam-macam bentuk dan wajah manusia.

Demikian juga hati hati kita, dari mana datangnya suara halus itu. Suara lembut Ilahiyah yang disebut sebagai “luthuf” selalu tersembunyi dan bersemayam di dalamnya, menghadapi bermacam-macam suara dan bisikan yang lain. Luthuf Ilahiyah itu tidak berhubungan dengan badan dan segala kelezatannya, tersucikan dari semua noda dan karakter yang buruk.

Jika setelah itu datang suara bisikan yang lain datang, tentu hal itu ada penyebabnya. Jika penyebabnya setan, maka bisikan itu dinamakan “Was-was” (bisikan setan); jika penyebabnya malaikat, maka suara halus dinamakan “Ilham” (suara malaikat).

Jika kondisi hati telah siap menerima kehadiran was-was, maka kondisi itu dinamakan “Ighwa’”(bujukan) dan “Khidzlân” (kehinaan). Ketika kondisi hati siap menerima kehadiran ilham, maka kondisi itu dinamakan “Luthuf” dan “Taufiq”, suara Ilahi dan bimbingan. Kondisi inilah yang dimaksudkan oleh hadis Rasulullah SAW:

“Dalam hati ada dua komunitas: komunitas malaikat yang mengajak pada kebaikan dan membenarkan kebenaran, dan komunitas setan yang mengajak pada keburukan dan mendustakan kebenaran.”
Disarikan dari kitab Jâmi’us Sa’adât, penghimpun kebahagiaan, jilid 1: 142-143.

Komentar